oleh: Raodlatul Jannah
Ada seseorang yang bertanya kepadaku, “Apakah rasa sakit pada tubuh bisa perlahan hilang karena diuraikan menjadi kata-kata?”
Pertanyaan ini mengarah pada pemahaman yang lebih dalam. Menulis tentang rasa sakit bukan sekadar menyusun kata-kata, melainkan bagian dari proses untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh kita. Saat kita mulai mengurai rasa sakit dalam bentuk kata-kata, kita juga sedang mengurai emosi dan masalah yang mungkin tersembunyi di baliknya. Kata-kata itu muncul sebagai hasil dari pengilmuan diri, sebuah upaya untuk menggali lebih dalam dan menemukan makna di balik rasa sakit yang kita alami.
Kata-kata muncul sebagai hasil dari proses pengilmuan—sebuah upaya untuk memahami diri secara lebih mendalam. Pengilmuan ini terjadi karena adanya pertanyaan yang kita ajukan kepada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan ini datang bukan dari posisi sebagai pasien yang pasif, melainkan dari posisi sebagai ilmuwan atau peneliti yang aktif.
Saat kita mengambil peran sebagai peneliti diri, kita tidak hanya menyerahkan penyelesaian masalah pada pihak eksternal, seperti tenaga medis atau orang lain. Sebaliknya, kita ikut serta dalam proses itu. Kita mengamati tubuh kita, mempelajari sinyal-sinyal yang muncul, dan mencari maknanya. Dengan begitu, kita menjadi bagian dari solusi.
Peran ini berbeda dengan sekadar menjadi pasien yang menerima tindakan dari luar. Sebagai peneliti diri, kita bertanya, "Apa yang terjadi dalam tubuhku? Apa yang tubuhku coba sampaikan?" Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, kita mulai merangkai pemahaman dan menemukan bahwa banyak rasa sakit yang kita alami bisa dihubungkan dengan emosi, pikiran, dan kondisi batin kita.
Oleh karena itu, proses menuliskan pengalaman rasa sakit bukanlah sekadar menuangkan kata-kata, melainkan bagian dari cara kita mengurai, memahami, dan akhirnya melepaskan beban yang dirasakan tubuh. Ini adalah cara untuk menghubungkan apa yang kita rasakan di tubuh dengan apa yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan kita, dan dengan begitu, rasa sakit bisa perlahan berkurang.
Pada intinya, pengilmuan diri ini adalah sebuah perjalanan menuju kesadaran yang lebih dalam tentang tubuh kita, di mana kita bukan sekadar objek yang mengalami rasa sakit, tetapi subjek yang turut serta dalam memahami dan menyelesaikannya.
