Curahan Hati: Kura-Kura Tanpa Pura-Pura
🐢 DIRIKU HANYA KURA-KURA TANPA PURA-PURA 🐢
Ku mungkin bukan mutiara berharga seperti ungkapanmu. Karena terlalu berharga dan indah mutiara itu, aku hanyalah kura-kura yang bersembunyi dalam tempurung. Lamban, penakut dan mungkin sedikit mager.
Tempurungku melindungiku dari congkak dan pongahnya dunia. Menyembunyikanku dari duri-duri yang melukai. Menutupi galau, resah, dan airmataku dari tatapan nanar dunia. Aku nyaman bertahun dalam tempurung kuraku.
Tetapi aku bukan kura-kura dalam perahu, karena aku tak suka kepura-puraan palsu.
Ketika ulur tanganmu terjulur, mencoba menarikku keluar dari tempurungku, mengajakku menatap dunia tanpa ragu. Aku merasa asing memandang keluar.
Meski aku tak pernah berbaur dan menunjukkan jati diriku, aku telah terbiasa tak peduli dan tidak dipedulikan. Basa basi hanyalah kepalsuan dan kepura-puraan belaka. Tegur sapa tanpa ketulusan aku tak suka.
Tetapi jujur ku akui bahwa sapamu dan pedulimu memberiku kesejukan. Memberiku setetes air bagi dahagaku, walau jarak terentang antara dirimu dan diriku. Sedang tabir membatasi sekat hati kita.
Aku berterimakasih pada pedulimu akan daku. Namun entah apa terjadi setelah ini? Setelah engkau melihatku sesaat keluar dari tempurungku. Hanya kuberharap kau mampu selami arti ketulusan sejati.
Yang tak pernah kecewa akan segala kekurangan yang ada.
Dan tak akan berpaling walau jarak terentang.
Jua tak lemah meski sekat hati tak mungkin tersibak.
Namun aku tetaplah kura-kura dalam tempurung yang lamban dan kerdil hati.
Oleh: Tito