Sudah bertahun-tahun lamanya Amir dan Salma bermimpi untuk menunaikan ibadah haji. Pasangan suami istri ini selalu menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mewujudkan impian itu. Akhirnya, tahun ini tiba juga kesempatan bagi mereka untuk menapaki jejak langkah Rasulullah di tanah suci, Makkah.
Sesampainya di Bandara King Abdulaziz di Jeddah, hati mereka penuh dengan haru. Udara panas khas Timur Tengah menyambut mereka, namun semangat mereka tak surut. Bersama rombongan jamaah haji lainnya, mereka menaiki bus menuju Makkah. Sepanjang perjalanan, mereka tak henti-hentinya mengucap syukur dan memanjatkan doa.
Tiba di Makkah, pandangan pertama mereka tertuju pada Masjidil Haram. Amir dan Salma tertegun di depan kemegahan Ka'bah, bangunan suci yang selama ini hanya mereka lihat dari kejauhan. Air mata haru mengalir di pipi mereka saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman masjid. "Alhamdulillah, ya Allah, kami telah sampai," bisik Salma dengan suara bergetar.
Hari pertama mereka di Makkah diisi dengan tawaf dan sa'i. Meskipun raga lelah setelah perjalanan panjang, namun semangat dan kebahagiaan mengalahkan segalanya. "Amir, lihatlah, kita benar-benar di sini," kata Salma sambil menggenggam erat tangan suaminya. Amir hanya mengangguk, tersenyum penuh arti.
Hari demi hari, mereka merasakan keagungan ibadah haji. Dari padang Arafah, mereka berdiri memanjatkan doa dan memohon ampunan. Di Mina, mereka melontar jumrah dengan penuh penghayatan, membayangkan membuang segala dosa dan kesalahan. Ketika mereka berada di Muzdalifah, tidur di bawah langit terbuka, bintang-bintang menjadi saksi bisu keikhlasan hati mereka.
Selama berada di tanah suci, Amir dan Salma juga bertemu dengan berbagai jamaah dari seluruh penjuru dunia. Mereka berbagi cerita dan pengalaman, merasa persaudaraan yang luar biasa dengan sesama muslim. Setiap hari, mereka merasakan bahwa haji bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati yang mendalam.
Suatu malam, setelah menyelesaikan tawaf sunah, Amir mengajak Salma duduk di pelataran masjid. "Salma, aku merasakan sesuatu yang luar biasa di sini. Rasanya seperti kita benar-benar dekat dengan Allah," katanya sambil memandang Ka'bah yang bercahaya di malam hari.
Salma mengangguk setuju. "Iya, Amir. Di sini, semua rasa lelah terbayar. Semua doa dan harapan seakan terjawab. Ini adalah pengalaman spiritual yang tak ternilai."
Akhirnya, tiba saatnya bagi mereka untuk kembali ke tanah air. Meninggalkan Makkah membawa perasaan campur aduk, antara bahagia karena telah menunaikan rukun Islam kelima dan sedih harus meninggalkan tanah suci. "Amir, aku akan merindukan tempat ini," kata Salma sambil memandang ke luar jendela pesawat yang mulai mengudara.
"Begitu pula aku, Salma. Tapi ingat, pengalaman ini akan selalu ada dalam hati kita. Dan kita akan kembali lagi suatu hari nanti, insya Allah," jawab Amir dengan senyum penuh harapan.
Perjalanan haji ini bukan hanya mengubah hidup mereka, tetapi juga menguatkan iman dan cinta mereka. Mereka kembali ke tanah air dengan hati yang lebih bersih, tekad yang lebih kuat untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya, dan kenangan manis yang akan selalu mereka kenang sepanjang hidup.
