Bisa dikatakan Indonesia adalah negara yang paling malas baca di Asia bahkan karena kebiasaan malas baca inilah yang membuat skor PISA Indonesia dan dunia pendidikan secara keseluruhan mengalami penurunan. Ada banyak faktor yang membuat orang Indonesia malas baca mulai dari kebiasaan hidup yang ingin serba instan, membaca dianggap membuang waktu, orang Indonesia cenderung menganggap segala hal kecil tidak penting, dan lain-lainnya.
Padahal dulu di masa klasik Nusantara, bangsa kita terkenal menciptakan banyak sekali aksara dan juga menulisnya di prasasti. Di era klasik banyak sekali karya tulis panjang mulai dari Babad, Kitab, Hikayat, dan lain-lain yang telah banyak sekali diciptakan sebelum era kolonialisme Eropa.
Beberapa karya terkenal sebut saja kitab Pararaton, Babad Tanah Jawi, Hikayat Hang Tua, Serat Centhini, dan lain-lain. Sebelum era kolonialisme, bangsa kita adalah bangsa yang sangat antusias dalam hal membaca.
Mau bangun candi saja harus membaca tata caranya dulu sampai detail dan hafal, seorang calon raja atau pangeran mahkota sebelum menggantikan ayahandanya harus banyak-banyak membaca perkara politik dan pemerintahan disamping belajar berperang dan berkuda. Semua zaman klasik itu diisi dengan tulisan dan bacaan, namun setelah kedatangan Bangsa Eropa terutama Belanda maka bangsa kita perlahan-lahan menjadi bangsa yang bodoh.
Tentu kalian tahu tiap daerah di Indonesia punya aksara tradisionalnya masing-masing mulai dari aksara Lampung, Aksara Sunda, Aksara Jawa, Aksara Bali, Aksara Makassar, Aksara Pegon, Aksara Jawi (Melayu), dan lain-lainya. Namun sekarang lihatlah apakah ada di antara kalian yang masih hafal aksara daerahnya sendiri?.
Lihat anak-anak muda di Jawa bahkan tidak bisa membaca membaca aksara Jawa kecuali yang sudah sepuh atau mereka yang benar-benar mempelajari budaya Jawa dengan baik, begitu juga terjadi di daerah lain. Kehadiran Belanda di Indonesia yang menjadikan bangsa kita sebagai bangsa kelas rendahan membuat akses pendidikan menjadi sulit kecuali untuk kalangan orang-orang kaya dan elit seperti Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Tan Malaka, dan lain-lainya.
Saat ini aksara daerah di Indonesia hampir punah digantikan huruf kapital yang diperkenalkan bangsa Belanda. Lihat saja Indonesia bersama Malaysia , Filipina dan Singapura menjadi bangsa yang benar-benar kehilangan aksara lokalnya secara umum diganti huruf kapital.
Bedanya Malaysia dan Singapura mampu membangkitkan lagi bangsanya lewat pendidikan dan terus menggalakkan budaya membaca sedangkan Indonesia dan Filipina masih berkutat di masalah klasik, yakni banyak orang malas membaca karena faktor individu maupun faktor pemerintahan yang masih buruk dalam dunia pendidikan terutama sosialisasi pentingnya membaca dan perpustakaan umum yang masih sedikit dijumpai di tempat publik.
Contohnya Jepang , di kereta ada saja perpustakaan kecil, di rumah secara pribadi mereka juga punya perpustakaan kecil, di sekolah, di tempat belajar anak-anak, dll. Sedangkan di Indonesia hal tersebut belum terjadi secara menyeluruh, akibat karena kebiasaan orang Indonesia malas membaca menjadi fatal!
Benar sangat fatal!
Dunia pendidikan Indonesia menjadi merosot karena kurang minat baca, perkembangan IPTEK di Indonesia agak melambat karena kurang SDM yang kreatif dan inovatif karena kurangnya membaca, skor PISA menurun, IQ orang Indonesia menjadi yang terendah di Asia Tenggara secara rata-rata keseluruhan penduduk.
Ya walaupun di sisi lain Indonesia masih menciptakan inovasi seperti pesawat atau kereta dalam negeri namun mereka yang terlibat adalah sisa kelompok cendekiawan yang tersisa di negara ini, mayoritas orang Indonesia masih jarang yang bisa berinovasi.
Contoh lain adalah saat orang-orang membaca postingan di sosial media dengan mudahnya berkomentar yang tidak sesuai dengan isi postingan. Atapun menyanggah postingan yang sejatinya itu informasi benara.
Mayoritas mereka mudah percaya dengan berita hoax yang belum tentu kebenarannya dan sumbernya, mereka hanya percaya judul dan jarang ada yang mau membaca kecuali sampulnya saja.
Banyak sekali media di Indonesia yang ikut melakukan pembodohan dengan judul-judul berita clickbait atau lebay yang membuat banyak orang salah paham, sudah tahu literasi di Indonesia masih rendah tapi media memanfaatkan itu untuk mencari untung tapi tidak mengutamakan kualitas jurnalistik.
Tak perlu yang besar, yang kecil pun demikian. Sebagai contoh ada larangan membuang sampai di jalan ada papan peringatan. Tapi nyatanya tetap ada yang buang di jalan karena alasan gak ada tempat sampah. Padahal dengan memilih untuk sabar dan membawa sampah minuman ke dalam tas, baru bila mendapati tempat pembuangan segera membuang sampah tersebut.
Sebenarnya simpel tapi banyak orang Indonesia tak tahu bahkan cenderung meremehkan. Orang-orang yang mampu bertindak sederhana seperti itu dapat dipastikan biasanya literasi bacanya bagus. Maka dari itu jika ingin Indonesia maju maka awali dengan hal kecil yakni membaca.
Bagi kalian yang beragama Islam tentu saja tahu surah pertama Al 'Alaq, bunyinya "Iqro'". Bacalah!, Maka dengan ini kalian harusnya sadar bahwa ilmu pengetahuan terutama membaca itu sangat penting, jangan sampai kalian ada alasan malas membaca. Apalagi yang parah, udah malas baca malah nyolot dan langsung terpicu karena hanya terpancing judulnya saja.
Akhir kata, semoga dimulai dari diri kita maka negeri ini mendapat kembali kejayaannya.