Sebuah kerinduan terdiam,
Di antara bayang dan cahaya,
Di antara air mata yang menetes,
Di antara tawa yang tak menyapa.
Sahabat sejati, tak selalu gembira,
Dalam duka, dia pun setia.
Dia yang membuatmu tertawa,
Dan juga menangis, karena kau cinta.
Kini, tanya hatiku,
Di antara rasa yang merindu,
Tangisan yang tak berujung,
Seolah tak asing lagi.
Iro iro, berbagai warna,
Bercampur, berputar, terlupa.
Iri hati, menggerogoti jiwa,
Melihat kemampuan yang tak tercapai.
Keinginan yang menggebu,
Namun hati kecil berkata,
"Tak layak, kau tak pantas,"
Tangisan itu, sungguh miris.
Pohon berbisik, bintang berkelap-kelip,
Aku terpaku, tak berdaya.
Harapan dan kenyataan,
Kusut tak terurai, melilit.
Suara-suara memenuhi kepala,
Pilihan yang tak menentu,
Di antara terang dan samar,
Keadaan yang tak pasti.
Gadis-gadis bercahaya,
Aku hanya menatap,
Kerlip itu indah,
Berbagai warna, iro iro.
Tetesan air mata,
Haru, sedih, marah, kecewa,
Tanda aku menghargaimu,
Walau cahaya tak terhimpun.
Warna-warna itu menari,
Aku bahagia,
Entah kapan,
Saat kita bersatu kembali.
Tito Sumarsono
