Dia datang,,,
Sang penghibur lara...
Diubahnya kesedihan menjadi gelak tawa,,
Anak kecil, remaja, dewasa, hingga manula semua bertepuk tangan dan bersorak ria...
Lihatlah dia, Sang primadona,,,
Menjadi obat mujarab bin mandraguna,,,
Dinaikinya sepeda satu roda dengan tangan melempar banyak bola...
Lihatlah wajahnya,
Putih tebal, bibir merah merona, dan rambut ikal berwarna...
Tak sedikit orang menjadikannya bahan bercanda,,,
Namun, dia tak pernah jera menjadi badut pekan raya,,,
Seolah tawa adalah penghargaan bagi profesinya...
Digadaikan penderitaan dan air matanya,,,
Dia sulap bimsalabim menjadi senyum sumringah, sebagai...wajah utama dalam profesinya.,,,
Akankah senyum itu penebusan dari mahakewajibannya?...Atau pengingkaran dari penderitaan hidup yang tiada...habisnya?,,,
Oleh : Septya